Jumat, 18 Juni 2010

askeb bbl

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “ E “
di BPS BIDAN SUSI Am, Keb
BANJARMASIN

Hari/Tanggal kunjungan : 03 April 2008
Jam : 10.00 WITA
Tempat : BPS Bidan Susi Am, Keb

A. Subjective data
1. Identitas
Bayi
Nama : By. Ny. “E”
Tanggal/Jam Lahir : 03 April 2008/04.00 WITA
Jenis Kelamin : Perempuan
Orang tua
Ayah Ibu
Nama Tn. “H” Ny. “E”
Umur 40 tahun 34 tahun
Agama Islam Islam
Suku/ Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Swasta Ibu Rumah Tangga
Alamat Jl. Wildan Sari II Banjarmasin Jl. Wildan Sari II Banjarmasin







2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir 6 jam yang lalu bayinya menangis kuat, kulit kemerahan, bernapas tanpa menggunakan alat bantu, gerakan aktif dan pada kepala bayi bagian belakang terdapat benjolan yang teraba lunak.
3. Riwayat Perinatal
a. Kehamilan ke : 1
b. Tempat ANC : BPS
c. Imunisasi TT : 2x
d. Obat-obat yang pernah diminum ibu selama hamil : Kalk & FE
e. Penerimaan ibu/keluarga terhadap kehamilannya : Senang
f. Keluhan/masalah yang dirasakan ibu :

No. Keluhan/Masalah Umur Kehamilan Tindakan Oleh Ket
1. Mual,muntah, pusing 8 minggu Istirahat yang cukup diberi obat B6, B komplek dan PCT Bidan

4. Riwayat intranatal
a. Persalinan ke : 1
b. Tempat dan penolong persalinan : rumah sakit/dokter
c. Masalah saat persalinan : tidak ada
d. Cara persalinan : vakum ekstraksi
e. Lama persalinan
• Kala I : ±15 jam
• Kala II : jam
f. Keadaan bayi saat lahir
• Segera menangis/tidak : segera menangis
• BB lahir/PB lahir : 3.300 gram/50cm
5. Riwayat kesehatan
• Bayi :
• Keluarga : Dari pihak istri/ suami tidak ada yang menderita penyakit
kronis, infeksi dan penyakit menular, tidak ada riwayat keturunan kembar.
6. Status Imunisasi
Jenis Imunisasi Umur Diberikan Tempat Pelayanan
Hepatitis B1 Sudah diberikan BPS
Hepatitis B2 Belum diberikan -
Hepatitis B3 Belum diberikan -
BCG Sudah diberikan BPS
Polio 1 Belum diberikan -
Polio 2 Belum diberikan -
Polio 3 Belum diberikan -
DPT 1 Belum diberikan -
DPT 2 Belum diberikan -
DPT 3 Belum diberikan -
Campak Belum diberikan -
Vitamin K Segera setelah lahir BPS

7. Data Kebutuhan Biologis
a. Kebutuhan nutrisi
• Jenis makanan dan minuman : ASI
• Frekuensi : sesering mungkin
b. Pola eliminasi
BAB
• Frekuensi : 1x
• Warna : hitam kehijauan
• Konsistensi : lunak
BAK
• Frekuensi : 3x
• Warna : Kuning jernih
• Masalah : Tidak ada
c. Pola istirahat
Sejak bayi dilahirkan, Bayi tidur, terbangun saat bayi menetek dan menangis bila BAB dan BAK.
.
d. Personal hygiene
• Frekuensi mandi : dimandikan sampai 6 jam setelah persalinan hanya dibersihkan dari sisa ketuban tanpa membersihkan vernik kaseosa pada tubuh bayi
• Frekuensi ganti pakaian bayi : Setiap BAK, pakaian bayi kotor atau
basah pakaian bayi selalu diganti.
• Frekuensi Ganti popok : Tidak digunakan

8. Data psikososial dan spiritual
a. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : khawatir
b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi : khawatir
c. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : suami
d. Pengetahuan ibu terhadap bayinya : Ibu sudah mengetahui cara
menyusui yang baik, tentang imunisasi dasar pada bayi yang tepat dan tentang nutrisi yang baik untuk bayi dari bidan.
e. Kebiasaan/spiritual dalam keluarga yang berkaitan dengan perawatan bayi :
mengadakan tasmiah dan aqiqah.

B. Objective Data
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Menthis
c.TTV : T = 36,8º C R = 40x/ menit N = 140x/ menit
2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat badan : 3300 gram
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lingkar dada : 36 cm
d. Lingkar Kepala
• Cirkumferentia fronto-ocipitalis : 37 cm
• Cirkumferentia mento occipitalis : 39 cm
• Cirkumferentia suboccipito-bregmatika : 35 cm
• Cirkumferentia submento-bregmatika : 32 cm
e. LILA : 10 cm
3. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Rambut hitam lurus merata, ubun-ubun
datar, terdapat caput succedaneum, bersih, tidak cepal hematoma
b. Muka : Tidak terdapat paralisis pada wajah, Bersih, tidak ada oedem, tidak pucat, tidak icterus.
c. Mata : Simetris, skelera ikterik, tidak ada pengeluaran cairan,
konjunctiva tidak anemis
d. Telinga : Simetris, sedikit kotor, terdapat sedikit lanugo
e. Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pergerakan cuping hidung pada saat
bernafas
f. Mulut : Bibir tidak pucat dan tidak terdapat kelainan kongenital
g. Leher : Tidak nampak pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis pada
leher
h. Dada : Kedua putting susu simetris dan warna jaringan putting susu jelas ( kehitaman ), tidak ada benjolan
i. Perut : Tali pusat basah dan belum lepas, tali pusat bersih, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat.
j. Genetalia : Labia mayora sudah menutup labia minora, tidak pseudomenorea, terdapat introitus vagina.
k. Kulit : Terdapat verniks kaseosa, tidak ada
pembengkakan atau bercak-bercak kehitaman, dan tanda lahir.
l. Ekstremitas : Simetris, jumlah lengkap, pergerakan aktif, dan
tidak terdapat fraktur.
4. Pemeriksaan refleks primitif
a. Refleks moro : (+)
b. Refleks rooting : (+)
c. Refleks grasping : (+)
d. Refleks Sucking : (+)
e. Refleks Tonick neck : (-)
f. Refleks babinski : (+)
5. Pemerikasaan Perkembangan Bayi
a. Kemampuan bahasa bayi : Menangis
b. Kemampuan motorik halus : Senyum
c. Kemampuan motorik kasar : Belum
d. Adaptasi sosial : Belum
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : Tidak dilakukan
b. Rontegen : tidak dilakukan
c. CT Scan : tidak dilakukan

C. ASSESMENT
a. Diagnosa Kebidanan : Bayi baru lahir 6 jam dengan caput succhedenum
b. Masalah : orang tua cemas dengan keaadaan bayinya
c. Kebutuhan : konseling
D. PLANNING
1. Memberitahukan pada Ibu mengenai hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Umum : BB = 3.300 gram, PB = 50 cm, TTV : T = 36,8º C R = 40
x/m N = 140 x/m, Lingkar dada = 36 cm dan LILA = 10 cm.
” Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan”
2. Memberitahukan kepada ibu tentang keeadaan bayinya yang mengalami trauma pada kepala bayi yang membuat kepala bayi kelihatan benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim pada saat proses melahirkan yaitu yang disebut dengan caput succedaneum yang akn hilang dalam satu sampai tiga hari Untuk penanganan caput succedanaum tidak ada penanganan khusus karena dapat menghilang dengan sendirinya.
“ibu mengerti dengan penjelasan yang dibeikan”
3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetep memberikan ASI ekslusif kepada bayinya sampai usia bayi jelaskan pada orang tua bayi bahwa kuning pada bayi bukan karena ikterik,kurangnya ASI atau karena malas menyusu. Tetapi itu disebabkan oleh nyeri dikuadran kanan atas daerah epigastrium sehingga bayi malas menyusu dan tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan didalam feses sehingga kulit bayi terlihat kuning.
“ Orang tua bayi mengerti keaadaan bayinya “
4. Memberitahukan Ibu kalau bayinya untuk segera dirujuk dan menyiapkan rujukan
tersebut seperti membuat inform consent,berkolaborasi dengan kepala puskesmas atau
tenaga kesehatan lain.
” ibu bersedia bayinya dirujuk dan rujukan segera dilakukan ”

KLB difteri

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebanyak 23 orang dengan kematian 8 orang di Jawa Tengah Kabupaten Semarang penderita penyakit difteri hingga kini masih menjalani perawatan di RSUP dr Karyadi Semarang ( 25 km dari Kec Bawen). 23 oang tersebut dipisahkan dari pasien lain karena penyakit yang menyerang saluran pernapasan atau difteri, rentan menular kepada orang lain. Korban yang meninggal dunia berjumlah delapan orang,

Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun Corynebacterium diphtheriae. Lebih sering menyerang anak-anak. Penyebabnya adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama terutama laring, amandel dan tenggorokan. Tetapi tak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung.

Timbul terjadinya KLB Difteri dikarenakan timbulnya ciri-ciri terjadinya KLB Difteri antara lain : Gejala mulai timbul dalam waktu 1-4 hari setelah terinfeksi.
Biasanya diawali dengan nyeri tenggorokan yang ringan dan nyeri ketika menelan. Anak mengalami demam ringan, denyut jantungnya cepat, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Jika bakteri sampai ke hidung, hidung akan meler (biasanya hanya dari salah satu lubang hidung).
Peradangan bisa menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan tenggorokan sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan pernafasan. Bakteri membentuk suatu pseudomembran (lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya), di dekat amandel dan bagian tenggorokan yang lain. Pseudomembran ini tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika pseudomembran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir di bawahnya akan berdarah.
Pseudomembran bisa menyebabkan penyempitan saluran udara atau secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak mengalami kesulitan bernafas. Bisa terjadi apneu (henti nafas) dan sianosis (kulit tampak kebiruan karena kekurangan oksigen).
Pada difteri yang ringan jarang terbentuk pseudomembran.
Jika bakteri melepaskan toksin, maka toksin ini akan beredar melalui aliran darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf.
Kerusakan pada otot jantung (miokarditis) biasanya terjadi pada hari ke 10-14, tetapi hal ini bisa terjadi kapan saja selama minggu pertama sampai minggu keenam. Kerusakan jantung bisa bersifat ringan, tampak sebagai kelainan ringan pada EKG; atau bersifat sangat berat, menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak. Toksin biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan sehingga penderita mengalami kesulitan menelan. Hal ini seringkali terjadi pada minggu pertama.Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai. Pemulihan jantung dan saraf berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu.
Difteri juga bisa menyerang kulit dan keadaannya disebut difteri kutaneus, yang terutama ditemukan pada orang-orang dengan tingkat kebersihan yang jelek. kadang difteri juga menyerang pada mata.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menanggulangi dan mengendalikan KLB Difteri Di Desa Bawen kabupaten Semarang kecamatan Bawen /Doplang.
2. Tujuan Khusus
a. Menetapkan KLB
b. Menentukan Diagnosis penyakit Difteri
c. Menentukan besarnya masalah pada masyarakat
d. Menentukan sumber dan cara penularan







BAB II
ANALISA SITUASI DAN TELAAH PUSTAKA

A. KONDISI GEOGRAFI
Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten dari 29 kabupaten dan 6 kota yang ada di provinsi Jawa Tengah. Terletak pada posisi 110° 14’54,74” - 110° 39’1 3” bujur timur dan 7° 3’ 57” - 7° 30’1 0” lintang selatan. Luas keseluruhan kota semarang adalah 95.020,674 Ha atau sekitar 2,92% dari luas provinsi jawa tengah. Gambaran daerah yang terjadi Difteri di Jawa Tengah khususnya daerah Kabupaten Semarang (25 km dari Kecamatan Bawen / Doplang).

B. KONDISI DEMOGRAFIS
Puskesmas Bawen merupakan salah satu puskesmas di wilayah kabupaten Semarang. Wilayah Puskesmas Bawen meliputi 12 Desa, 41 Dusun, dengan luas wilayah 5764,648 Ha. Fasilitas yang ada meliputi 1 puskesmas dengan 3 pustu dan 67 posyandu. Jumlah tenaga kesehatan 1 dokter 4 bidan 1 jurim, 168 kader kesehatan 35 dukun bayi terlatih.

C. KONDISI PELAYANAN KESEHATAN
Fasilitas kesehatan yang ada meliputi 1 puskesmas dengan 3 pustu dan 67 posyandu. Jumlah tenaga kesehatan 1 dokter,4 bidan,1 Jurim, 168 kader kesehatan dan 35 dukun bayi terlatih.

D. TELAAH PUSTAKA
Penyebab difteri karena bakteri Coryne bacterium difteri yang menyerang ketika tubuh seseorang dalam kondisi buruk. Hingga kini tidak ada upaya pencegahan selain memberikan vaksin lengkap kepada Balita, pemberian antibiotik dan obat-obatan lain bagi yang tertular orang tua harus mengawasi anak-anak mereka apabila menemui gejala-gejala seperti demam tinggi hingga 38 derajat celcius, terdapat lender di tenggorokan berwarna putih yang susah hilang, sakit ketika menelan ludah dan makanan, serta terjadi pembengkakan pada leher. Serangan berbahaya pada periode inkubasi 1 sampai dengan 5 hari, jarang ditemui lebih lama. Dapat menyebabkan infeksi nasopharynx yang menyebabkan kesulitan bernapas dan kematian. Penyebab utamanya adalah radang pada membran saluran pernapasan bagian atas, biasanya pharynx tetapi kadang2 posterior nasal passages, larynx dan trakea, ditambah kerusakan menyeluruh ke seluruh organ termasuk myocardium, sistem saraf, ginjal yang disebabkan exotosin (Plotkins) organisme.
Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-faktor alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan dari kulit, saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu sendiri.

E. DEFINISI KASUS AWAL
Di duga kasus KLB mirip dengan kasus Difteri dengan gejala nyeri tenggorokan yang ringan dan nyeri ketika menelan. Anak mengalami demam ringan, denyut jantungnya cepat, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala.

F. HIPOTESIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (ditemukan pseudomembran). Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap apus tenggorokan dan dibuat biakan di laboratorium. Untuk melihat kelainan jantung, bisa dilakukan pemeriksaan EKG. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.









BAB III
BAHAN DAN CARA
A. BATASAN WILAYAH PELACAKAN
Batasan wilayah pelacakan dalam kasus KLB Difteri ini yaitu di Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Semarang ( kecamatan Bawen) di desa Doplang.
B. MEMASTIKAN DIAGNOSA (KRITERIA)
Tahapan Difteri ada tiga tahapan yaitu :
1. Tahap Probable : gejalanya demam tinggi, sakit saat menelan ludah atau menelan makanan Kemudian terdapat selaput atau lendir putih ke luar dari tenggorokan, leher membengkak, sesak nafas disertai bunyi.
2. Tahap Suspect : cirri-cirinya sama seperti tahap probable. Sejauh ini dilaporkan terdapat korban meninggal sebanyak delapan orang akibat difteri.
3. Tahap definite : pada tahap ini harus mendapat perhatian cermat karena meski hasil laboratorium sudah menunjukkan positif namun secara klinis belum terlihat gejala-gejala seperti tahap probable maupun tahap suspect.
C. CARA PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data yang kami gunakan adalah dengan cara sekunder yaitu Data sekunder yang akan dikumpulkan adalah sebagai berkut :
1. Data mortalitas dan morbiditas atau distribusi penyakit di Kabupaten Semarang khususnya di Desa Bawen, Kecamatan Bawen selama. Data tersebut dapat diperoleh dari Puskesmas bawen dan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.
2. Data geografis, demografis dan status kesehatan lingkungan yang dapat diperoleh dari Puskesmas Bawen dan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.

D. PENELITIAN KASUS KONTROL
1. Kasus
Kasus adalah semua penderita difteri yang tinggal di Desa Bawen dengan tanda dan gejala klinis difteri yang bervariasi, seperti nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi..
2. Batasan Kontrol
Kontrol adalah semua orang yang tinggal di Desa Bawen yang hasil pemeriksaan sediaan darahnya negatif tidak mengandung parasit
3. Cara Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara melalui data dari sumber yang bersangkutan dengan KLB Difteri.

4. Variabel Penelitian
Variabel dependen adalah kesakitan Difteri
Variabel bebas adalah pekerjaan, Lingkungan yang kurang bersih, Kurang berolahraga, tidak melakukan imunisasi.

E. Cara Analisa Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan komputer program Epi Info dan dianalisa dengan cara menghitung Attack rate, Case Fatality rate, Slide Possitive rate, Spleen rate, infant Parasite rate,dan hubungan faktor faktor resiko.
Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik laporan hasil penyelidikan KLB.

F. Definisi Operasional
Kasus Difteri adalah semua penderita penyakit dengan tanda dan gejala yang bervariasi seperti demam , nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi..
1. KLB Malaria adalah :
a. Meningkatnya kejadian penyakit /kematian malaria yang terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu atau bulan) berturut turut
b. Menigkatnya kejadian penyakit /kematian malaria 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, atau tahun)
c. Meningkatnya jumlah penderita baru malaria dalam satu bulan sebanyak 2 kali atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata rata perbulan pada tahun sebelumnya.
2. Umur adalah usia penderita yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir
3. Tanggal mulai sakit, dihitung dari saat mulai panas pada seorang penderita penyakit malaria.
4. Sembuh adalah keadaan dimana penderita sudah tidak mempunyai gejala akut ( demam, nyeri kepala. Mengigil, mual muntah, dll)


.